Profil Desa Ringinlarik

Ketahui informasi secara rinci Desa Ringinlarik mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Ringinlarik

Tentang Kami

Profil Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Boyolali. Mengupas potensi pertanian terpadu dari padi, palawija, hingga peternakan sapi potong, serta peran vital UMKM dalam menopang ekonomi desa yang tangguh dan beragam di lereng bawah Gunung Merapi.

  • Pertanian Terpadu dan Beragam

    Perekonomian desa ditopang oleh sistem pertanian yang sangat beragam, mencakup sawah padi, ladang palawija (jagung dan singkong), serta peternakan sapi potong, yang menciptakan ketahanan pangan dan ekonomi yang stabil.

  • Pusat Produksi di Lereng Bawah

    Berada di lokasi yang lebih landai dan aman, Ringinlarik berfungsi sebagai pusat produksi pangan yang konsisten, menjadi penopang penting bagi ketersediaan pangan di wilayah Boyolali.

  • Geliat UMKM Pengolahan Pangan

    Keberagaman hasil bumi mendorong tumbuhnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dinamis, terutama di bidang pengolahan pangan seperti penggilingan padi dan produksi makanan ringan, yang menjadi motor penggerak ekonomi lokal.

XM Broker

Desa Ringinlarik, yang berlokasi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, menyajikan wajah agraris yang berbeda dari desa-desa lain di lereng atas Gunung Merapi. Jika desa-desa di ketinggian identik dengan hortikultura dan sapi perah, maka Ringinlarik merupakan representasi dari ketangguhan pertanian di lereng bawah yang lebih landai. Desa ini menjadi lumbung pangan yang dinamis berkat diversifikasi sistem pertaniannya yang mencakup sawah padi, ladang palawija dan peternakan sapi potong. Profil ini akan mengulas secara mendalam kondisi geografis, struktur sosial, serta pilar-pilar ekonomi beragam yang menjadikan Desa Ringinlarik sebagai penopang ketahanan pangan yang vital.

Geografi di Zona Transisi Agraris Musuk

Secara geografis, Desa Ringinlarik menempati posisi unik di zona transisi antara dataran rendah Boyolali dan lereng atas Gunung Merapi. Sebagai bagian dari Kecamatan Musuk, wilayahnya memiliki topografi yang lebih landai, berupa perbukitan bergelombang yang memungkinkan pengembangan berbagai jenis sistem pertanian. Lokasinya yang lebih jauh dari puncak Merapi juga memberikannya keunggulan berupa tingkat risiko bencana erupsi langsung yang lebih rendah.Luas wilayah Desa Ringinlarik tercatat sekitar 4,58 kilometer persegi. Berdasarkan data kependudukan hingga pertengahan tahun 2025, desa ini dihuni oleh sekitar 4.100 jiwa, menjadikan tingkat kepadatan penduduknya sekitar 895 jiwa per kilometer persegi. Wilayahnya berbatasan dengan desa-desa lain di Kecamatan Musuk dan kecamatan tetangga, berfungsi sebagai koridor ekonomi dan sosial. Ketersediaan sumber daya air yang dikelola melalui embung (waduk kecil) dan jaringan irigasi menjadi kunci keberhasilan desa ini dalam mengembangkan pertanian sawah, sebuah hal yang membedakannya dari desa-desa di lereng atas.

Denyut Kehidupan Komunitas Petani yang Adaptif

Masyarakat Desa Ringinlarik ialah cerminan dari komunitas petani yang adaptif dan pekerja keras. Kehidupan mereka diatur oleh kalender tanam yang beragam, mulai dari musim tanam padi, panen jagung, hingga siklus penggemukan ternak. Berbeda dengan petani di lereng atas yang fokus pada satu atau dua komoditas, petani di Ringinlarik harus menguasai berbagai teknik budidaya yang berbeda, menunjukkan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam.Struktur sosial desa sangat erat, dengan kelompok-kelompok tani menjadi tulang punggung koordinasi dan penyebaran informasi. Melalui kelompok ini, para petani mengatur jadwal irigasi, mendapatkan akses terhadap pupuk bersubsidi, dan saling membantu saat musim panen tiba. Semangat gotong royong tidak hanya terlihat di ladang, tetapi juga dalam kehidupan sosial sehari-hari. Kearifan lokal dalam mengelola lahan dan air diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi modal utama dalam menjaga produktivitas dan kelestarian lingkungan.

Tiga Pilar Ekonomi: Padi, Palawija, dan Sapi Potong

Kekuatan ekonomi Desa Ringinlarik dibangun di atas tiga pilar utama yang saling melengkapi, menciptakan sebuah sistem ekonomi yang tangguh dan tidak bergantung pada satu komoditas tunggal.Pilar pertama ialah pertanian padi di lahan sawah. Keberadaan sawah menjadi pembeda utama Ringinlarik dan menjadikannya sebagai salah satu lumbung padi di Kecamatan Musuk. Produksi beras dari desa ini membantu memenuhi kebutuhan pangan lokal dan regional.Pilar kedua yakni pertanian lahan kering atau tegalan yang ditanami aneka tanaman palawija. Jagung dan singkong menjadi komoditas andalan di lahan tegalan. Jagung tidak hanya dijual sebagai biji-bijian, tetapi juga menjadi komponen penting untuk pakan ternak. Sementara itu, singkong menjadi bahan baku utama bagi industri makanan ringan yang berkembang di desa.Pilar ketiga merupakan sektor peternakan, dengan fokus utama pada sapi potong. Berbeda dengan desa di lereng atas yang membudidayakan sapi perah, kondisi geografis Ringinlarik lebih sesuai untuk penggemukan sapi potong. Sektor ini menjadi "tabungan" bagi para petani, yang akan dijual saat kebutuhan besar datang, seperti untuk biaya sekolah atau perayaan hari besar.

UMKM sebagai Mesin Penggerak Ekonomi Lokal

Keberagaman hasil bumi di Desa Ringinlarik telah mendorong lahirnya berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi mesin penggerak ekonomi turunan. Geliat UMKM ini menciptakan lapangan kerja dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi produk pertanian mentah.Salah satu UMKM yang paling menonjol ialah industri pengolahan pangan. Banyak warga yang mendirikan usaha penggilingan padi skala kecil hingga menengah untuk melayani kebutuhan para petani. Selain itu, industri rumahan yang mengolah singkong menjadi keripik, getuk, dan makanan ringan lainnya tumbuh subur di desa ini. Produk-produk ini tidak hanya dipasarkan di tingkat lokal, tetapi juga telah menembus pasar di kota-kota sekitar Boyolali. Kehadiran UMKM ini menunjukkan bahwa Desa Ringinlarik tidak hanya kuat di sektor hulu (produksi), tetapi juga mulai merambah sektor hilir (pengolahan), melengkapi rantai nilai agribisnisnya secara mandiri.